Kamis, 12 November 2009

Bila Sang Kuasa Berkehendak

Makhluk hidup di dunia ini diciptakan berasal dari tanah dan akan kembali lagi ke tanah. Orang dulu sering berkata seperti itu, dan mungkin sampai saat ini juga masih sering terdengar. Kapanpun Tuhan berkehendak untuk makhluknya, kapanpun bisa terjadi. Sekarang atau besok tidak ada yang bisa mengaturnya selain Tuhan. Kehilangan seseorang yang sangat kita cintai secara tiba-tiba dan pergi untuk selama-lamanya mungkin bisa membuat kita yang merasa ditinggalkannya merasakan kesedihan yang sangat mendalam. Dan itu yang saya rasakan saat ini. Kehilangan Ayah yang sangat saya sayangi untuk selama-lamanya.

Tepat pada hari Minggu 1 November 2009 pukul 3 pagi, Ayahku merasa tangan kanannya tidak dapat digerakkan seperti biasanya setelah dari kamar mandi, Ayah yang awalnya sehat-sehat saja tiba-tiba langsung terbaring tak berdaya di tempat tidurnya. Tertidur dengan suara dengkuran yang keras dengan tak sadarkan diri. Ibuku yang merasakan keanehan tersebut lalu membangunkan kakak perempuanku. Kakak yang panik dan terus-terusan menangis bingung harus berbuat apa sehingga membangunkan tetanggaku juga dan akhirnya menolong untuk dibawa ke rumah sakit terdekat.

Rumah sakit pertama Ayahku ditolak untuk dirawat, dikarenakan kurang lengkapnya alat yang tersedia di rumah sakit tersebut. Dan akhirnya dirujuk kembali ke rumah sakit lainnya. Sampai saat itu Ayahku masih saja belum sadarkan diri. Kemudian ronsen dilakukan dan pemeriksaan lainnya, hasil scanning-nya membuktikan bahwa Ayahku terserang penyakit pecah pembuluh darah. Penyakit yang dimana kepala bagian otak kanannya ditutupi oleh selaput darah yang mengakibatkan tidak berfungsinya seluruh anggota tubuh bagian kanan tidak dapat bergerak dan beraktivitas kembali secara normal. Dokter memfonis, Ayahku dalam keadaan koma tingkat tinggi, sangat sulit disembuhkan. Jika bisa sembuh itu juga dari mukzizat yang kuasa. Banyak-banyak berdoa demi kesembuhan Ayahku.

Tak disangka penyakit yang tiba-tiba datang dan bisa langsung merenggut nyawa itu menyerang Ayahku. Saran-saran yang diberikan Dokter dulu tidak pernah dihiraukannya seperti minum obat secara teratur, menjaga makanan agar tidak mengakibatkan hipertensinya naik, banyak berolahraga, dan larangan merokok. Rokok memang merupakan musuh terberat buat penderita hipertensi seperti Ayahku, sulit sekali untuk berhenti total. Diumurnya sekarang juga walaupun sakit kebiasaan menghisap rokok tidak bisa dihilangkan. Aneh, apa sih yang membuat para perokok kecanduan? Enak atau tidak juga semua merugikan untuk diri sendiri maupun orang lain, dampaknya mungkin tidak dirasakan sekarang, namun saat hari tua kelak nanti yang sangat menyiksa. Teman-teman yang membaca tulisan ini hendaknya sadar diri akan bahaya merokok, pengalaman yang telah terbukti membuktikan banyak kerugian yang timbul akibat bahaya merokok. Kurangi kebiasaan merokok yang berlebihan dan jika ingin hidup sehat lebih baik berhentilah merokok. Hhmmm, pasti sangat sulit yah.? Tetapi dimana ada kemauan pasti ada jalannya. Yakin itu kawan, hhee

Sudah dua malam Ayahku dirawat, namun tidak ada perubahan yang lebih baik. Yang ada koma Ayah sudah benar-benar parah kata Dokter, nafas yang begitu sesak, denyut jantung berdetak tidak sesuai sebagaimana orang biasa, ukuran tensi darah naik-turun sehingga membuat panik semua keluargaku yang berada di rumah sakit pada saat itu. “Tuntun terus ya, Ayahnya” kata Suster. Satu hal yang bisa dilakukan demi kesembuhan Ayahku yaitu dengan operasi, tetapi harus menunggu sadar dahulu Ayahku. Bukannya sadar yang didapat, Ayahku malah semakin parah. Kata Ibuku, sebenarnya jiwa raga Ayah sudah tidak ada ditubuhnya yang ada hanyalah raga lain. Satu persatu dari anggota keluargaku meminta maaf didekatnya. Mungkin beliau sudah ingin pergi tapi masih ada yang dirasa kurang, sudah beberapa tahun beliau tidak berjumpa dengan kakak laki-lakiku yang berada di Makasar untuk berkunjung ke sini. Sampai pada saat ini barulah bisa hadir tetapi pada saat Ayahku sudah tidak ada. Tepat pada pukul 09.45 wib Ayahku telah dipanggil oleh sang Maha Kuasa berpulang meninggalkan kita semua. Tangis haru semua dirasakan, merasa kehilangan dan banyak penyesalan yang timbul. Belum bisa memberikan yang terbaik saat beliau masih ada. Tetapi, kita harus buktikan semampu kita tuk jadi yang terbaik. Walaupun Ayah telah tiada toh beliau masih melihat kita juga kan. Terima kasih Ayah telah apa yang sudah diberikan kepada kami saat engkau masih ada. Maaf jika kami belum bisa membalasnya sampai saat ini.

Firasat akan kehilangan sebenarnya sudah sejak beberapa bulan yang lalu saya rasakan, tetapi tidak saya hiraukan. Karena kebiasaan saya yang suka menerka-nerka apa yang akan terjadi dikemudian hari itu membuat saya hal yang biasa saya lakukan, tetapi tidak untuk satu hal ini. Firasat saya kali ini benar-benar terjadi. Keluargaku yang lain malah tidak merasakan suatu firasat apapun. Ayahku tidak sempat memberikan pesan-pesan terakhirnya untu keluargaku semua, namun pada malam hari sebelum terjadi hal itu kami sekeluarga masih berbincang-bincang bersama sambil nonton acara televisi kesukaan Ayah “Take Him Out”. Ucapan terakhir yang masih terngiang-ngiang ditelingaku Ayahku berkata kepada adikku Dwi, “nggak papa, pacaran yang penting orangnya seneng!” Ya Allah, pada saat itu saya sangat terenyuh akan kata-katanya. Berarti kalau saya sekarang juga punya pacar nggakpapa gitu. Tapi memang bukan saatnya, bila saatnya tiba toh akan datang dengan sendirinya.

Terima kasih Ayah, kami sekeluarga sangat berterima kasih atas apa yang telah engkau berikan semuanya selama ini. Ayah sudah menjalani tugasnya sebagai Bapak kepala rumah tangga yang baik. Menafkahi kehidupan keluarga yang bisa dibilang sangat berkecukupan tanpa kurang suatu apapun dan memimpin keluarga dengan bijaksana. Maaf jika kami belum sempat memberikan apa-apa yang bisa membuat Ayah bangga. Tapi kami janji akan memberikan yang terbaik buat semua. “Love you full Dad”. Tenang yah disana, kita semua mendoakanMu agar selalu diberikan tempat yang layak disisi Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar